Cerita(Prolog )
Pada Jaman dahulu, hiduplah seorang pemuda yang
bernama Damar Wulan, dia tinggal bersama kakeknya yang bernama Kakek Lokoyanti,
ditemani abdi pengasuhnya yang bernama Sabdo Palon dan Noyo Genggong,
suatu hari ketika selesai berlatih olah kanuragan,
Damar Wulan berkata kepada kakeknya :
Damar
Wulan :
“ Kakek, dulu kakek pernah berkata bahwa ayahku ada di Majapahit, sekarang saya
ingin menyusul beliau, karena saya sangat rindu sekali ingin bertemu dengan
Romo”
Lokoyanti
: “Hmm... baiklah cucuku, mungkin ini saatnya kau menyusul
ramandamu ke Majapahit, dan kurasa juga.... ilmu kenuraganmu juga sudah cukup,
karena itu... aku ijinkan kau untuk menyusul ramandamu ke Majapahit, pergilah
Ger.....! restuku selalu menyertaimu”
Damar
Wulan :
“Terima kasih kek, .. (Damar Wulan lalu menoleh ke 2 orang pengasuhnya) “Paman
Sabdo Palon dan Noyo Genggong, mari Paman... kita berangkat!”
Sabdo Palon dan Noyo Genggong : “ Mari Gusti... ngestoaken
dawuh.... “
(Damar Wulan lalu berangkat ke Majapahit diiringi oleh 2
orang abdi dalem pengasuhnya yaitu Sabdo Palon dan Noyo Genggong).
Prolog adegan selanjutnya :
Sementara itu di Kerajaaan Majapahit , tepatnya di
kediaman Patih Logender nampak sang Patih sedang bercengkerama dengan anak
beliau yaitu Anjasmoro, sedangkan di luar nampak para penjaga sedang bediri di
pintu gerbang)
Penjaga
:”Hai ki sanak, siapa dirimu, dan apa maumu?”
Damar
Wulan
:”Namaku Damar Wulan, dan aku sedang mencari ayahku, yaitu Patih Udara, apa
tuan tahu di mana kediaman beliau?”
Penjaga
:”Oh, Patih Udara.... sudah agak lama tidak ada di Majapahit, beliau
sedang pergi bertapa, sekarang yang menggantikan sementara adalah Patih
Logender, dan ini rumah beliau”
(Mendengar hal itu Damar Wulan nampak bingung, Ia menoleh
kepada kedua pengasuhnya dan berkata):
Damar
Wulan
:”Paman Sabdo Palon dan Noyo Genggong, bagaimana ini Paman, ternyata ramanda
tidak ada di sini, apa yang harus kita lakukan, apa kita kembali ke Palu Ombo?”
Sabdo
Palon
:”Gusti... kita sudah jauh-jauh dari Paluombo datang ke sini, menurut hamba,
lebih baik gusti melamar pekerjaan di sini, sambil belajar ilmu kenegaraan,
mungkin suatu saat nanti ayah gusti datang”
Damar
Wulan
:” Baiklah Paman”
(Maka Damar Wulan kembali menemui penjaga tadi, dan
berkata) :
Damar
Wulan
:”Tuan.. sampaikan kepada Patih Logender saya ingin melamar pekerjaan di sini”
Penjaga
:”Baiklah, tunggu di sini, saya akan melapor”
(Maka penjaga itu kemudian melapor kepada Patih Logender,
saat itu Patih Logender datang bersama putri beliau Anjasmoro didampingi dua
orang emban.)
Patih
Logender :”Bocah
bagus,.... siapa namamu dan apa maumu?”
Damar
Wulan
:”Nama hamba,.... Damar Wulan... Gusti! hamba datang dari Paluombo, hamba
ingin mengabdi di istana kepatihan ini”
Patih
Logender :”tapi...
di sini sudah tidak ada lowongan lagi, semua sudah cukup di sini”
Anjasmoro
:”Tapi Romo,... kasihan dia kalau ditolak,... berilah pekerjaan apa saja”
Patih
Logender
:”Pekerjaan apa lagi putriku,.. semua sudah ada yang mengerjakan di sini”
Anjasmoro
:”Terimalah dia sebagai penjaga gerbang istana, biar penjaga yang ada bisa
bergantian”
Patih
Logender
:”baiklah,.. Damar Wulan,.. kau kuterima jadi penjaga istanaku, setiap
orang..... siapa saja tidak boleh masuk rumahku, kecuali setelah mendapat ijin
dariku, ingat itu Damar Wulan ! “
Damar
Wulan
:” Baik Gusti! “
Patih
Logender
:”Anjasmoro mari kita masuk kembali ke istana”
Anjasmoro
:” Mari Romo...”
(Mereka lalu masuk sementara Pengawal lama
memberikan senjata dan tameng kepada Damar Wulan dan berjaga bersama )
Prolog :
Saat itu Damar Wulan langsung bekerja sebagai penjaga
istana kepatihan. Setelah setengah hari, penjaga yang lama berpamitan untuk
suatu keperluan :
Penjaga
:”Damar Wulan, aku akan pergi sebentar, kau jaga instana ini dengan baik
ya, jangan ada yang boleh masuk tanpa ada ijin Tuan Patih!”
Damar
Wulan
:”Baiklah teman,.. silakan”
( Musik... )
Setelah beberapa saat datang dua orang pemuda,
keduanya langsung mau masuk ke rumah Patih Logender, maka dicegah oleh Damar
Wulan,
Damar
Wulan
:”Maaf tuan, Anda tidak boleh masuk sebelum mendapat ijin Patih Logender”
Layang
Seto
:”Apa?.... siapa kau ini? Berani-beraninya menghalangi aku masuk!”
Damar
Wulan
:”Hamba Damar Wulan, dan hamba diberi pesan bahwa siapa pun yang mau masuk ke
istana ini harus mendapat ijin dari Gusti Patih terlebih dahulu”
Layang
Kumitir :” He..
Damar Wulan, rupanya kau belum tahu siapa kami, lebih baik kau minggir dan
biarkan kami masuk sebelum aku marah”
Damar
Wulan
:”Maaf gusti sesuai perintah, siapa pun tidak boleh masuk sebelum ada ijin dari
Gusti Patih”
Layang
Seto
:”Rupanya kau butuh dihajar ya? Rasakan ini ! Hiyat ....
( Layang seto memukul Damar Wulan tapi Damar Wulan dengan
gesit menghindar, maka terjadilah pertarungan antara Layang Seto dibantu Layang
Kumitir dengan Damar Wulan, yang berakhir dengan kalahnya kakak beradik itu,
keduanya diringkus oleh Damar Wulan. Tak lama kemudian datang Patih Logender, betapa
terkejutnya Patih itu, serta merta dia berkata:
Patih
Logender :” Damar
Wulan, apa-apaan kau ini, kau apakan kedua anakku? Lepaskan mereka!”
(Damar Wulan kemudian melepaskan kedua orang itu)
Damar
Wulan
:” Jadi.... kedua orang ini putra paduka? Maafkan saya Gusti, saya tidak tahu”
Patih
Logender :”Kurang
ajar kau Damar Wulan, baru bekerja di sini kau sudah berbuat salah, mulai saat
ini kau kupecat!, pergi dari sini!”
Damar
Wulan
:” Maafkan saya Gusti, saya benar-benar tidak tahu”
Anjasmoro
:”Romo... maafkanlah dia, dia kan tidak tahu,........ jangan dipecat, tolong
Romo... kasihanilah dia”
Layang
Kumitir :” Dinda
Anjasmoro... mengapa kau membelanya, dia sudah berani kurang ajar kepada
kakakmu!”
Patih
Logender :”Iya
anakku... mengapa kau membelanya?
Anjasmoro
:” Dia kan tidak tahu kalau kakang Layang Seto dan kakang Layang Kumitir
adalah putra Romo, kalau dia tahu, dia tidak akan melakukan itu”
Patih Logender
:” Hmmmmmm ..... baiklah, tapi Damar Wulan tidak aku tugaskan jadi penjaga
lagi, mulai sekarang dia harus bekerja mengurus kuda istana, menyabit rumput
dan memandikan kuda”
Patih Logender kemudian masuk ke dalam istana diiringi
kedua putranya, sementara Anjasmoro mendekati Damar Wulan dan berkata:
Anjasmoro
:”Sabar ya Damar Wulan, mari ikut aku, akan aku tunjukkan tempat kuda milik
istana kepatihan”
Damar
Wulan
:”Baiklah Gusti Ayu” ( mereka kemudian berjalan menuju lokasi )
Prolog adegan selanjutnya :
(Maka sejak saat itu Damar Wulan bekerja menjadi pengurus
kuda istana kepatihan, didampingi oleh Sabdo Palon dan Noyo Genggong,.......
seiring waktu berjalan,.. hubungan antara Dawar Wulan dan Anjasmoro semakin
dekat, Anjasmoro sering membawakan makanan untuk diberikan kepada Dawar Wulan )
Suatu hari ketika Dawar Wulan sedang menyabit rumput, Anjasmoro bertanya :
Anjasmoro :” Dawar Wulan,..
boleh aku bertanya sesuatu padamu?”
Dawar Wulan :” Silakan tuan putri, tuan putri mau
bertanya apa?”
Amjasmoro :”Sebenarnya
kamu siapa?, keturunan siapa? Mengapa sejak pertama kali aku melhat kamu, aku
melihat kamu ini bukan laki-laki biasa, kamu juga punya ilmu kanuragan yang
cukup tinggi”
Dawar Wulan :”sebenarnya saya adalah putra
dari Patih Udara, dari istri selir beliau yang ada di padepokan Paluombo, dan
saya datang ke Majapahit sebenarnya ingin bertemu dengan kanjeng Romo, tapi
ternyata beliau sedang bertapa dan sudah cukup lama meninggalkan Majapahit”
Anjasmoro
:”Oh... jadi kamu putra dari Paman Patih Udara!, Patih Udara adalah kakak dari
Romo Patih Logender, berarti sebenarnya kamu adalah sepupuku, dan berarti kamu
masih berdarah biru, mmmmmmm... kalau begitu mulai saat ini aku akan memanggil
”Kang Mas” saja, dan kamu bisa memanggilku “diajeng” gimana kang mas Dawar
Wulan? Setuju?”
Dawar Wulan :” Hmmm.... baiklah, tapi
bagaimana jika kakakmu marah?”
Anjasmoro
:”Ah... biarkan saja, biar aku yang menjelaskan pada mereka”
Dawar Wulan :” begitu ya.. baiklah, ....
oh ya Diajeng... hari sudah sore, ayo kita pulang”
Anjasmoro
:”Mari Kang Mas....”
(Musik Tradsional...........keduanya lalu pulang ke istana
kepatihan)
Prolog adegan selanjutnya :
(Sementara itu di pendopo keraton Majapahit saat itu
sedang berlangsung sidang para punggawa kerajaan dipimpin oleh Kanjeng Ratu
Kencana Wungu, nampak di sana Patih Logender, dan kedua anaknya yaitu Layang
Seto dan Layang Kumitir, serta para pejabat kerajaan. Wajah Ratu Kencana Wungu
nampak muram, kesedian rupanya sedang melanda hatinya)
Kencana
Wungu :” Kakang Patih
Logender,.. bagaimana keadaan kerajaan Majapahit Paman? Aku minta laporanmu”
Patih
Logender :” Ampun
Gusti Ratu,.. kerajaan sekarang dalam kedaan bahaya Gusti! “
Kencana
Wungu :” Apa masalah
pemberontakan Minakjinggo, Adipati Blambangan itu belum tuntas Paman?
Patih
Logender ;”Benar
Gusti, Minakjinggo menuntut agar Gusti mau kawin dengan dia dan menyerahkan
kursi kerajaan kepada dia sesuai dengan bunyi sayembara dulu, dan para panglima
kerajaan Majapahit yang dikirim ke Blambangan untuk memadamkan pemberontakan
semua kalah oleh kesaktian Minakjinggo”
Kencana
Wungu :” Minakjinggo memang
sakti paman, dulu ketika ada pemberontakan oleh Kebo Mercuet, hanya Minakjinggo
yang bisa mengalahkan dia”
Patih
Logender :”Benar
Gusti, dulu Gusti pernah mengadakan sayembara bahwa barangsiapa yang bisa
mengalahkan Kebo Mercuet, dia akan diangkat sebagai raja dan menjadi suami
Kanjeng Ratu Kencana Wungu, Mengapa Gusti tidak memenuhi isi sayembara itu
saja”
Kencana
Wungu :”Bukannya aku mau ingkar
janji Paman, tapi aku kasihan rakyat Majapahit, jika punya raja pincang dan
rupanya buruk, dulu Minakjinggo ketika bernama Jaka Umbaran, wajahnya
sangat tampan, tapi setelah bertarung dengan Kebo Mercuet, wajahnya rusak dan
kakinya pincang, .. Jika dia menjadi raja Majapahit maka kerajaan lain akan
mentertawakan kita Paman”
Patih
Logender :”Tapi...
Minakjinggo sangat sakti Gusti, tidak ada satria Majapahit yang bisa menandingi
kesaktiannya, dia kebal, tidak mempan sanjata, dan pemberontakan itu sudah
mencapai wilayah Probolinggo, sebentar lagi akan sampai di Majapahit”
Kencana
Wungu :”Coba buatkan sayembara
lagi Paman, barangsiapa yang bisa mengalahkan Minakjinggo, maka dia akan aku
jadikan suami dan raja di Majapahit”
Patih
Logender :”Baiklah
Gusti”
Kencana
Wungu :” Sementara itu aku akan
semedi untuk meminta petunjuk Sang Hyang Widi untuk mengatasi masalah ini
Paman”
(musik:.. setelah itu Kencana Wungu, berdiri dan pergi
meninggalkan pendopo Istana diiringi oleh para punggawa kerajaan)
Prolog adegan selanjutnya :
(sementara itu di dalam kamar istana, Ratu Kencana Wungu
mengadakan semedi, matanya terpejam, hati dan pikirannya terpusat pada satu
tujuan, dia meminta petunjuk kepada Yang Maha Kuasa untuk mengatasi masalah
kerajaannya. Berhari-hari dia bersemedi, berpuasa, tidak keluar kamar, akhirnya
pada suatu hari terdengar suara.
Suara
Ghaib
:”Hai Kencana wungu ...... apa yang kau inginkan? Mengapa kau bertapa
berhari-hari?”
Kencana
Wungu :”Duh Gusti ..... hamba
ingin meminta petunjuk, bagaimana cara mengatasi kekacauan di kerajaan
Majapahit ini?, Minakjinggo sangat sakti, tidak ada punggawa Majapahit yang
bisa mengalahkannya, apa yang harus hamba lakukan?”
Suara
Ghaib
:”Yang bisa mengalahkan Minakjinggo adalah seorang laki-laki yang bernama
“Damar Sasongko, alias Damar Wulan” carilah dia, dan utuslah dia ke Blambangan”
Kencana
Wungu :”Trimakasih Gusti”
(Kencana Wungu kemudian berdiri dari semedinya dan keluar
kamar, sampai di luar kamar para pengawal memberi hormat, kemudian Kencana
Wungu berkata
Kencana
Wungu :”Pengawal panggil semua
punggawa kerajaan aku ingin bermusyawarah dengan mereka”
Pengawal
:”Baik Gusti”
(Kencana Wungu kemudian menuju bangsal instana untuk
mengadakan sidang kerajaan)
(musik .... )
( Di pendopo kerajaan telah berkumpul semua punggawa, Ratu
Kencana Wungu duduk di singgasana )
Patih
Logender :”Ampun
gusti ratu, ada apakah sehingga Gusti mengumpulkan kami semua di sini?, apa
Gusti sudah mendapat petunjuk untuk mengatasi masalah kerajaan ini?”
Kencana
Wungu :” Benar Patih
Logender,... dalam semediku aku mendapat petunjuk bahwa, yang bisa mengalahkan
Minakjinggo adalah Damar Sasongko alias Damar Wulan” apa Paman Patih tahu siapa
orang ini?”
Patih
Logender :”Damar
Wulan?... (Patih Logender nampak tidak percaya) apa saya tidak salah dengar Gusti?
Kencana
Wungu :”Tidak Paman Patih, aku
jelas sekali mendengar suara ghaib itu, bahwa yang bisa mengalahkan Minakjinggo
adalah dia, kenapa Paman? Apa Paman tahu siapa dia?”
Patih
Logender :”iya
Gusti Ratu, dia sekarang ada di rumah hamba bekerja sebagai pengurus kuda
istana kepatihan”
Kencana
Wungu :” Panggil dia Paman
Patih! Aku ingin bicara langsung dengan dia”
Patih
Logender :” Baik
Gusti” (Patih Logender kemudian pergi pamit sambil memberikan sembah)
(beberapa saat kemudian Patih Logender datang bersama Damar
Wulan dan Anjasmoro, mereka memberikan penghormatan kepada Ratu Kencana Wungu )
Damar
Wulan
:”Ampun Gusti,.. hamba datang menghadap, ada apa gerangan sehingga Gusti Ratu
memanggil hamba”
Kencana Wungu
: (Nampak kagum melihat ketampanan Damar Wulan) “Damar Wulan,... kerajaan
Majapahit sekarang sedang membutuhkan tenagamu, ada pemberontak dari Blambangan
yang sangat sakti mandraguna, namanya Minak jinggo, sudah banyak utusan
Majapahit yang gugur di tangannya, aku mendapat wangsit bahwa yang bisa
mengalahkan dia adalah kamu, maukah kau menerima tugas ini?”
Damar
Wulan
:” Sendiko dawuh Gusti,... hamba bersedia mengobankan jiwa raga hamba, jika
memang hamba dibutuhkan oleh Mapajahit”
Kencana
Wungu :”Terima kasih Damar
Wulan” (kencana wungu kemudian menoleh kepada Patih Logender) dan berkata lagi:
Kencana
Wungu :”Paman patih,.. meskipun
Damar Wulan sudah resmi diangkat menjadi panglima Mapajahit untuk melawan
Minakjinggo, sayembara kerajaan tetap berlaku, bahwa barang siapa yang bisa
membunuh Minakjinggo maka dia akan kuangkat menjadi Raja Majapahit, dan
kujadikan suamiku”
Patih
Logender :” Iya
Gusti “
Kencana
Wungu :” Sekarang siapkan
upacara pengangkatan Damar Wulan, untuk menjadi panglima Majapahit”
(kemudian Patih Logender memberikan pakaian baru kepada
Damar Wulan dan Ratu Kencana Wungu melilitkan ikat kepala kepada Damar Wulan”
setelah itu mereka bubar dan kembali ke tempat masing-masing)
Prolog adegan selanjutnya :
Sementara itu di suatu tempat yang sepi nampak Anjasmoro
begitu sedih, ....... setelah pengangkatan Damar Wulan menjadi panglima
Majapahit ia sangat terpukul,...ia khawatir memikirkan kekasihnya Damar
Wulan,... butir-butir air mata tak terasa mengalir di pipinya)
(jeda Musik ....2 menit )
setelah beberapa saat datangah Damar Wulan mendekati
Anjasmoro
Damar Wulan
:”Diajeng
Anjasmoro, ada apa, kenapa Diajeng sedih? “
Anjasmoro
:” Kang Mas.... aku sedih karena memikirkan tugas yang diberikan oleh Kanjeng
Ratu Kencana Wungu, yang aku pikirkan dua hal Kang Mas, dan dua-duanya tidak
enak, pertama, jika Kang Mas berhasil menjalankan tugas, maka Kang Mas akan
menjadi raja di Majapahit dan menjadi suami Ratu Kenca Wungu, jika begitu
bukankah aku akan kehilangan Kang Mas?, yang kedua, jika Kang Mas gagal, dan
gugur di tangan Minakjinggo maka aku juga kehilangan Kang Mas,”
Damar
Wulan
:” Diajeng..... kamu harus sabar, aku menerima tugas itu bukan karena aku ingin
kerajaan dan ingin menikah dengan Ratu Kencana Wungu, tapi aku terpanggil
sebagai rakyat Majapahit, maka kewajiban aku untuk membela negaraku, bukankah
kita harus mendahulukan kepentingan negara dari pada kepentingan pribadi?”
Anjasmoro
:”Benar Kang Mas, tapi.... aku takut kehilangan Kang Mas, jika tekad Kang Mas
sudah bulat untuk berangkat ke Blambangan, maka aku ada satu permintaan”
Damar
Wulan
;” Apa Diajeng? Katakanlah, Kakang akan memenuhi permintaanmu meskipun nyawa
taruhannya”
Anjasmoro
:” Jika Kang Mas memang mencintai aku, maka aku minta sebelum Kang Mas
berangkat kita menikah dulu, setelah itu baru aku rela Kang Mas pergi ke
Blambangan”
Damar
Wulan :
(menghela nafas, diam sejenak, kemudian berkata) ”Baiklah Diajeng, aku akan
melamarmu dan secepatnya kita menikah setelah itu aku akan berangkat ke
Blambangan”
Mendengar itu Anjasmoro tersenyum, dan memegang tangan Damar
Wulan kemudian keduanya pergi menuju istana kepatihan.
Damar Wulan
:” Sekarang ayo kita pulang diajeng,.... “
Anjasmoro
: “ Mari Kang Mas...”
Prolog :
Singkat cerita kemudian Damar Wulan melamar Anjasmoro,
Patih Logender beserta istrinya menerima lamaran itu, dan persiapan pernikahan
pun dimulai.
(musik gending lelucon... goro-goro: nampak dua orang
pengawal sedang memasuki halaman istana kepatihan sambil berjoget... )
Pengawal1
:”Suf... sebentar lagi Gusti Ayu Anjasmoro akan menikah dengan Raden Damar
Wulan” dst
(dialog lawak ada di bagian lain)
( beberapa saat kemudian persiapan temu manten telah
siap, gending kebo giro mulai berkumandang, nampak... Anjasmoro di dampingi
oleh Patih Logender dan istrinya, beserta kakaknya yaitu Layang seto dan layang
kumitir, berjalan pelan menuju kursi pelaminan, beberapa saat kemudian datang
Damar Wulan, di dampingi Sabdo palon dan Noyo Genggong, setelah dekat,
Anjasmoro sungkem di depan Damar Wulan, kemudian mereka berdua berjalan pelan
menuju ayah bundanya, kemudian sungkem kepada mereka lalu sungkem kepada
kakaknya, setelah itu Patih Logender berkata: )
Patih
Logender :” Anakku
Anjasmoro, dan Damar Wulan, kalian telah resmi menjadi suami istri, ayah harap
kalian berbahagia”
Anjasmoro+Damar W :”Trimakasih Romo “
Patih Logender
:” Damar Wulan,.. sesuai perintah Kangjen Ratu Kencana Wungu, setelah kalian
menikah maka tugas negara menunggumu untuk memadamkan pemberontakan
Minakjinggo, siapkan dirimu Ger.. “
Damar
Wulan
:” Sendiko dawuh kanjeng romo,.. hamba siap untuk melanjalankan tugas “
(kemudian mereka semua berjalan menuju rumah masing-masing )
Prolog :
(sementara itu di istana kadipaten Blambangan nampak
Minakjinggo sedang mengadakanpertemuan dengan para punggawa kadipaten. Dia
duduk di kursi Gading Kencana didampingi oleh abdi setianya yaitu Gayun,
kemudian kedua istrinya yaitu Dewi Wahito dan Puyengan, diikuti oleh para
punggawa kadipaten dan para pengawal dan prajurit )
Minakjinggo
:”Gayun,.. bagaimana keadaan kadipaten Blambangan?”
Gayun
;”Kadipaten dalam keadaan aman gusti,.. rakyat hidup makmur, tentram”
Minakjinggo
:”syukurlah.. sebentar lagi kadipaten kita yang kecil ini akan menjadi kerajaan
yang besar, setelah kita mengalahkan Majapahit, hahahaha.... “
Gayun
:”hahahaha...... benar.. benar Gusti.. hahaha.. dan Kencana Wungu akan menjadi
istri Paduka, hahahaha......”
Minakjinggo
:”hahaha.... kau benar Gayun,.. si Kencana Wungu yang ingkar janji itu akan aku
kalahkan, “
Wahito
:”Maaf Gusti, menurut hamba, lebih baik Paduka jangan teruskan untuk menyerang
Majapahit, hamba khawatir Blambangan akan hancur”
Minakjinggo
:”Wahito... kau tahu apa? Aku ini sangat sakti, aku kebal, tidak ada orang
Majapahit yang bisa mengalahkan aku” hahahaha........
(tiba-tiba ada suara memanggil )
Damar
Wulan
:” Hai Minakjinggo... jangan kau tertawa dulu,.. lawan aku, keluar kau! Jangan
sembunyi di istanamu”
Minakjinggo
:”Hmmm... siapa yang berani memanggil namaku? Gayun... ayo ikut aku”
( mereka kemudian keluar semua melihat siapa yang datang )
(sementara itu nampak di luar damar Wulan telah siap
bertarung dengan Minakjinggo )
Minakjinggo
:”Hai anak muda.... siapa namamu? Dari mana kau datang? Mengapa kau
menantangku? “
Damar
Wulan
:”Namaku Damar Wulan, aku utusan Majapahit, dan tujuanku ke sini untuk
memenggal kepalamu”
Minakjinggo
:”Memenggal kepalaku? Weleh...weleh..weleh..... ciuh!.. kau pikir dirimu siapa?
Kau belum tahu siapa aku, lebih baik kau pulang kembali, dari pada mengantar
nyawa.”
Damar
Wulan
:”Lebih baik aku mati dari pada pulang dengan tangan hampa”
Minakjinggo
:”Kalau begitu kau cari mati,.. sebelum kau melawanku, layani dulu abdiku ini,
Gayun layani dia!”
Gayun
:”Baik Gusti!”
(Maka terjadilah pertarungan antara Damar Wulan dan
Gayun, dalam beberapa jurus saja, Gayun berhasil ditaklukkan oleh damar Wulan,
melihat Gayun kalah Minakjinggo maju, Damar Wulan langsung menyerang dengan
memukul bagian perutnya, tapi Minakjinggo malah tertawa, tidak merasa sakit
sedikitpun, kemudian Damar Wulan mengambil senjata dan menusukkannya ke
Minakjinggo, tapi senjata itu tidak mempan dan patah, kemudian Minakjinggo
mengambil gada wesi kuningnya dan memukulkan kepada damar Wulan, sentak
Damar Wulan langsung pingsan. Melihat Damar Wulan pingsan Minakjinggo pergi
begitu saja.
(setelah beberapa saat, Wahito dan Puyengan mendatangi
Damar Wulan, keduanya merawat Damar Wulan, setelah Damar Wulan sadar, dia
berkata :
Damar
Wulan
:”Dimana aku?, siapa kalian?”
Wahito
:”Nama saya Wahito, dan ini Puyengan, kami istri Minakjinggo”
Damar
Wulan
:”Mengapa kalian menolongku? “
Puyengan
:”Meskipun kami istrinya, tapi kami merasa tidak betah di sini, Minakjinggo
sangat keras, kami ingin keluar tapi tidak bisa”
Wahito
:” Raden akan kami bantu, tapi Raden harus berjanji jika nanti menang, kami
akan ikut Raden ke Majapahit”
Damar
Wulan
:”Baiklah kalau begitu, tapi katakan dulu bagaimana cara mengalahkan
Minakjinggo?”
Puyengan
:”Kesaktian Minakjinggo ada di pusakanya yang bernama Gada Wesi Kuning, jika
gada itu kami curi dan kami serahkan ke pada Raden, maka dia akan kalah”
Damar
Wulan
;” kalau begitu, lakukanlah, aku menunggu di sini”
Wahito
:” Raden tunggu sampai malam, saat Minakjinggo tidur nanti, gada itu akan kami
curi”
(Musik.....)
(ketika malam tiba, Minakjinggo tertidur pulas,.. gadanya
ada di dekat kepalanya, saat itu Wahito mengendap-endap, setelah sampaidi dekat
gada, dia berusaha mengambil gada itu, tetapi gada itu tidak bisa diangkat,
terasa berat sekali, dan tangannya kepanasan,.. melihat hal itu, Wahito
kemudian ingat, dia belum memberi hormat kepada pusaka itu, setelah memberi
hormat, pusaka itu berhasil diambil, sementara Minakjinggo masih tetap tidur)
(sampai di tempat semula, Wahito dan Puyengan menyerahkan
senjata itu kepada damar Wulan) kemudian Damar Wulan menantang
Minakjingo lagi)
Damar
Wulan
:” Hai Minakjingo.... keluar kau!, ayo kita bertarung! ”
(beberapa saat kemudian Minakjingo datang )
Minakjingo
;”Hai Damar Wulan, rupanya kau masih hidup, mengapa kau tidak cepat pulang saja
ke Majapahit”
Damar
Wulan
:”Aku akan pulang setelah berhasil memenggal kepalamu”
Minakjinggo
:”Kurang ajar kau, ayo maju sini biar kuhabisi! ”
( maka terjadilah pertarungan antara Minakjingo dengan Damar
Wulan, setelah beberapa jurus, Damar Wulan mengambil gada wesi kuning dan
memukulkannya ke Minakjingo, maka tiba-tiba Minakjinggo jatuh tersungkur, dan
mati, Damar Wulan kemudian memenggal kepalanya dan membungkus dengan kain)
Damar
Wulan
:” Wahito dan Puyengan, ayo kita ke Majapahit, Minakjingo sudah gugur’
Wahito+Puyengan ;”Baik Raden”
(maka mereka berangkat menuju Majapahit, setelah beberapa
waktu ketika mereka tiba di suatu perbukitan, mereka bertemu dengan Layang seto
dan Layang Kumitir)
Layang
Seto
;”Dinda Damar Wulan, rupanya kau berhasil membunuh Minakjinggo, selamat Dinda,”
Layang
Kumitir ;”Lebih
baik Dinda istirahat dulu di sini, kami akan menyajikan makanan bagi kalian
agar kalian bisa beristirahat “
Damar
Wulan
:” Baiklah Kang Mas “
(mereka kemudian menyiapkan makanan )
Layang
Kumitir : “
Silakan makan Dinda, oh ya ini minumannya”
Amar
Wulan
:”Trima kasih Kanda “
(setelah minum, Damar Wulan merasakan kesakitan di perutnya,
dia menggeliat-geliat sambil berteriak-teriak)
Puyengan+Wahito
:”Raden.... raden kenapa?”
Damar
Wulan
:” Perutku sakit, sepertinya minuman ini diberi racun”
(Damar Wulan kemudian pingsan, dan Wahito dan Puyengan
menangisinya sambil memegang badan Damar Wulan)
Prolog :
Saat Damar Wulan pingsan karena keracunan tiba-tiba ada
suara angin.... dan datanglah sesosok bayangan putih :
Wahito
:” Tuan Resi Begawan ..... tolonglah tuan kami, dia keracunan”
Patih
Udara
;” Baiklah ... bantu aku menegakkan badannya”
(kemudian Patih Udara menolong dengan menyalurkan tenaga
dalamnya, beberapa saat kemudian Damar Wulan muntah dan sadar kembali”
Damar Wulan
:”Terima kasih kisanak, Anda telah menolongku, kalau boleh tahu siapakah
kisanak”
Patih
Udara
:” Aku Patih Udara, ayahmu Nak,.. ketika aku bertapa aku melihat kau
sedang bahaya, maka aku datang menolongmu,”
Damar Wulan
;”Oh Ramanda.... begitu lama saya ingin bertemu Romo, tak disangka sekarang
bertemu di sini”
Patih
Udara
:” Sudahlah Ger... nanti kita bahas itu lagi, sekarang ada tugas yang lebih
penting, kejarlah orang yang telah mengambil kepala Minakjinggo, karena itu
adalah hakmu, oh ya.... karena kau telah diracun oleh Layang Kumitir, maka
sebelum kau pergi saksikanlah bahwa tempat ini aku namakan “Gunung Kumitir”
(ketika Patih Udara menyebut nama Gunung Kumitir, terengan
suara petir menyambar, pertanda nama itu sudah disaksikan oleh alam semesta,
kemudian Damar Wulan berangkat munyusul Layang Seto dan Layang Kumitir)
(Sementara itu di Majapahit, di pendopo istana nampak Ratu
Kencana Wungu sedang berkumpul dengan para punggawa kerajaan, tiba-tiba datang
Layang seto dan Layang Kumitir)
Layang
Seto
:” Ampun Gusti, kami berdua menghaturkan hormat,.. “
Kencana
Wungu :” Kuterima hormatmu, ada
apa Layang seto? Mengapa kau datang kemari?”
Layang
Seto
;” kami ke sini untuk menyerahkan kepala Minakjinggo Gusti, kami berdua telah
berhasil mengalahkannya”
Layang
kumitir ;”Benar
Gusti, kami berdua berhasil mengalahkan Minakjinggo”
Kencana
Wungu :”Kalian bisa mengalahkan
Minakjinggo?, bagaimana bisa? Dan.... kemana Damar Wulan? Mengapa dia tidak
bersama kalian?”
Layang
Seto
:”Damar Wulan Sudah Gugur Gusti, dan pada saat itu ketika Minakjinggo kelelahan
kami berhasil membunuhnya, sekarang kami menagih janji Gusti”
Kencana Wungu
;”Aku akan memenuhi janjiku, tapi aku ingin melihat dulu kepala Minakjingo’
(kemudian Kencana Wungu melihat kepala Minakjinggo, setelah
melihat, Kencana Wungu berkata:
Kencana
wungu ;” Baiklah...
Siapkan penobatan”
(tiba-tiba Damar Wulan datang )
Damar
Wulan
:” Ampun Gusti, Layang Seto dan Layang Kumitir bohong, yang berhasil
mengalahkan Minakjinggo adalah hamba, di tengah jalan mereka mengambil kepala
Minakjinggo dari tengan hamba”
Kencana
Wungu ;”Hmmm
bagaimana ini? Siapa yang benar? “
Layang
Kumitir : “Yang
benar kami Gusti, bukankah yang membawa kepala Minakjinggo adalah kami, jadi
yang punya bukti adalah kami, sedangkan Damar Wulan tidak punya bukti’
Kencana
Wungu :” Apa Jawabanmu damar
Wulan?”
Damar Wulan
;” memang kepala Minakjinggo dipegang Layang Seto dan Layang kumititr, tapi
mereka merampasnya dari tangan saya Gusti, dan saya punya bukti lain”
Kencana
Wungu ;” Apa itu damar Wulan?”
Damar
Wulan
:”Lihatlah Gusti, ini Dewi Wahito dan Puyengan, mereka berdua adalah istri
Minakjinggo, mereka juga menyaksikan pertarunag hamba dan Minakjiggo,
tanyakanlah kepada keduanya”
Kencana
Wungu ;”Apa benar Wahito dan
Puyengan?”
Wahito=Puyengan ;”Benar Gusti
kami menjadi saksi bahwa yang berhasil mengalahkan Minakjinggo adalah raden
Damar Wulan”
Layang
kumitir ;” Tidak
bisa... kami yang berhasil mengalahkan Minakjinggo”
Kencana
Wungu ;” Hmmm begini
saja,... kalian semua punya bukti, dan untuk memutuskan hal ini, aku perintahan
agar Damar Wulan bertarung dengan Layang seto dan Layang Kumitir, siapa yang
menang, dialah yang akan aku angkat menjadi raja Majapahit dan menjadi suamiku”
(Maka bertarunglah Damar Wulan dan Layang seto serta Layang
Kumitir, dalam waktu singkat Layang seto dan Layang Kumitir berhasil dikalahkan
oleh Damar Wulan, setelah itu Kencana Wungu berdiri dan berkata :
Kencana
Wungu :” Wahai.... para
punggawa Majapahit, kita telah menyaksikan bahwa Pemenangnya adalah Damar
Wulan, karena itu siapkan Penobatan “
(Maka disiapkanlah penobatan, Damar Wulan dikalungi bunga
didudukkan di Kursi Gading Kisana)
Prolog Ending:
Maka sejak saat itu Damar Wulan diangkat menjadi Raja
Majapahit dengan gelar “Mertawijaya” menurut kitab “Serat Kanda” dari
pernikahannya dengan Kencana Wungu, lahirlah putranya yang terkenal yaitu
“Brawijaya” yang menjadi raja terakhir Majapahit.
SUMBER: